Jika
rasio cukup besar, temperatur udara di dalam silinder ketika piston mendekati
TDC akan melebihi temperatur pengapian dari bahan bakar diesel. Ini akan
terjadi jika rasio kompresi adalah sekitar 14 atau lebih. Tidak dibutuhkan
pengapian eksternal; bahan bakar diese hanya diinjeksikan ke dalam silinder dan
pembakaran terjadi karena temperatur yang tinggi dari udara terkompresi. Jenis
mesin ini disebut sebagai mesin penyalaan
– kompresi (compression – ignition engine). Siklus ideal yang digunakan
untuk memodelkan mesin pengapian – kompresi adalah siklus Diesel, yag
ditunjukkan Gbr. 8-9. Perbedaan antara siklus ini dengan siklus Otto adalah
bahwa, dalam siklus Diesel, kalor ditambahkan selama proses tekanan konstan.
Siklus
diawali dengan piston pada BDC, keadaan 1 : kompresi udara terjadi secara
isentropik ke keadaan 2 pada TDC; penambahan kalor terjadi (ini memodelkan
injeksi dan pembakaran bahan bakar) pada tekanan konstan hingga keadaan 3
tercapai; ekspansi terjadi secara isentropik ke keadaan 4 pada BDC; pembuangan
kalor volume konstan menyelesaikan siklus dan mengembalikan udara ke keadaan
awalnya. Perhatikan bahwa langkah daya mencakup proses penambahan kalor dan
proses ekspansi.
Gambar
Efisiensi
termal dari siklus Diesel diekspresikan sebagai
Untuk
proses volume knstan dan proses tekanan konstan
Maka
efisiensinya adalah
Ini dapat dituliskan dalam bentuk
Ekspresi
untuk efisiensi termal ini seringkali dituliskan dalam suku – suku rasio
kompresi r dan rasio potong (cuttof) rc yang didefinisikan sebagai V3/V2;
diperoleh hasil
Dari
ekspresi ini kita lihat bahwa, untuk suatu rasio kompresi r, efisiensi dari
siklus diesel lebih kecil daripada efisiensi siklus Otto. Sebagai contoh, jika
r = 10 dan rc = 2, efisiensi siklus Otto adalah 60,2 persen dan
efisiensi siklus Diesel adalah 53,4 persen.
Gambar
Dengan
meningkatnya rc, efisiensi siklus diesel berkurang. Akan tetapi
dalam prakteknya rasio kompresi sekitar 20 dapat dicapai dalam mesin Diesel.;
dengan menggunakan r = 20 dan rc = 2 kita akan memperoleh η = 64,7
persen. Jadi, karena rasio – rasio kompresi yang lebih tinggi, mesin Diesel
umumnya beroperasi pada efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan semin bensin.
Penurunan
dalam efisiensi mesin diesel dengan kenaikan rc juga dapat dilihat
dengan memperhatikan diagram T-s yang ditunjukkan dalam Gbr. 8-10. Jika kita
menaikkan rc, ujung dari proses penambahan kalor berpindah ke
keadaan 3’. Keluaran usaha yang meningkat direpresentasikan oleh luas 3 – 3’ –
4’ – 4 – 3. Penambahan kalor meningkat cukup banyak, seperti yang
diepresentasikan oleh luas 3 – 3’ – a – b – 3. Efek nettonya adalah penurunan
efisiensi siklus yang tentu saja disebabkan oleh konvergensi garis – garis tekanan
konstan dan volume konstan pada diagram T-s. untuk siklus Otto perhatikan bahwa
dua garis volume konstan divergen, sehingga menyebabkan kenaikan efisiensi
siklus dengan kenaikan T3.
Sumber: Potter, Merle C dan Somerton, Craig W. 2008. Termodinamika Teknik. Erlangga: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar