Dalam
sistem-sistem refrigerasi yang telah dibahas sejauh ini masukan daya yang
dibutuhkan untuk mengoperasikan kompresor relatif besar karena refrigeran yang
bergerak melalui kompresor berada dalam keadaan uap dan memiliki volume
spesifik yanag sangat besar jika dibandingkan dengan dalam keadaan cair. Kita
dapat mengurangi daya ini dengan cukup banyak jika kita menaikkan tekanan
dengan pompa yang beroperasi menggunakan cairan. Siklus refrigerasi semacam itu
adalah siklus refrigerai serapan
(absorption refrigeration cycle), yang skemanya ditunjukkan dalam Gbr.
10-8.
Uap
refrigeran jenuh bertekanan rendah meninggalkan evaporator dan maasuk ke
penyerap di mana uap diserap ke dalam larutan pembawa yang lemah. Kalor
dilepaskan dalam proses penyerapan ini dan untuk membantu proses tersebut
temperatur dijaga konstan pada nilai yang relatif rendah dengan cara membuang
kalor QA. larutan cairan yang lebih kuat meninggalkan penyerap dan
dipompa ke tekanan kondensor yang lebih tinggi dengan menggunakan daya pompa
yang kecil. Larutan melewati alat penukar kalor, yang menaikkan temperaturnya
ke kondensor.
Kekurangan
utama dari siklus serapan adalah bahwa sumber energi bertemperatur relatif
tinggi harus tersedia untuk memasok perpindahan kalor QG; ini
basanya dipasok oleh sebuah sumber yang lazimnya dibuang, sepertimisalnya uap
yang dibuang dari sebuah pembangkit daya. Kalor tambahan QG tidak
boleh mahal, jika tidak biaya tambahan yang harus dikeluarkan untuk peralatan
ekstra tidak dapat dibenarkan.
Untuk
aplikasi di mana ruang yang didinginkan dijaga pada temperatur di bawah 0oC,
refrigerannya biasanya amonia dan pembawanya adalah air. Untuk aplikasi
pendinginan udara refrigerannya mungkin air dan pembawanya lithium bromide atau lithium
chloride. Dengan digunakannya air sebagai refrigeran tekanan vakum sebesar
0,001 MPa harus dijaga di dalam evaporator dan penyerap (absorber) untuk
membuat temperatur evaporator menjadi 7oC.
Untuk
menganalisis siklus searapan kita harus mengetahui jumlah refrigeran yang
terdapat dalam campuran, baik dalam bentuk cairan maupun uap. Ini dapat
diperoleh dengan bantuan diagram kesetimbangan, seperti yang dipakai untuk
campuran amonia-air. Pada temperatur dan tekanan tertentu diagram kesetimbangan
menunjukkan properti – properti berikut:
Fraksi
konsentrasi x’ dari amonia cair :
Fraksi
konsentrasi x’’ dari amonia uap:
Gambar
Entalpi
hL dari campuran cairan
Entalpi
h2 dari uap amonia
Sumber: Potter, Merle C dan Somerton, Craig W. 2008. Termodinamika Teknik. Erlangga: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar